BANDA ACEH – Akademisi Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala (USK) dan Fakultas Teknik Universitas Serambi Mekkah, memproduksi Bio Coke yang terbuat dari limbah bonggol jagung. Produk tersebut dibuat sebagai bagian dari program energi terbarukan, yang dikembangkan di kawasan Saree, Kabupaten Aceh Besar. “Bahan baku Bio Coke ini banyak tersedia di Saree. Berfungsi seperti arang dapat digunakan untuk menggoreng keripik usaha rumah tangga, yang banyak digeluti di Saree,” kata Ketua tim, Asri Gani, dalam keterangan tertulis, Senin, 8 Mei 2023. Asri mengatakan, program tersebut didukung oleh Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH) bekerja sama dengan Ford Foundation, dalam program dana untuk Kesejahteraan dan Ekonomi Berkelanjutan Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal (Dana TERRA).

Program tersebut bertujuan untuk perlindungan dan pelestarian hutan dan ekosistem, sekaligus meningkatkan kualitas hidup masyarakat, khususnya yang berada di sekitar kawasan hutan. Asri Gani menyebutkan, BPDLH dan Ford Foundation memberikan dukungan pendanaan melalui hibah bagi non-perorangan dan/atau lembaga perantara untuk melaksanakan berbagai program. “Secara umum, penerima manfaat pada program ini difokuskan pada masyarakat pada tingkat tapak, hukum adat, komunitas lokal, kelompok perempuan dan anak, disabilitas, atau kelompok rentan lainnya yang berada di dalam dan sekitar kawasan hutan,” ujar Asri. Sambungnya, Saree sendiri merupakan sebuah kawasan yang dikelilingi oleh hutan dan berada di daerah pegunungan. Dalam program yang bertajuk inovasi kompor biomassa menggunakan limbah pertanian, untuk menggoreng keripik pada masyarakat Sare, Aceh Besar. “Tim memberikan pelatihan dan menyumbang peralatan membuat Bio Coke kepada masyarakat setempat,” sebutnya. Bonggol jagung yang menjadi bahan baku Bio Coke selama ini terbuang begitu saja tanpa dimanfaatkan. Padahal itu merupakan sumber bahan bakar yang berkalori tinggi dan ramah lingkungan. “Bio Coke dapat menggantikan bahan bakar kayu bakar yang selama ini mendominasi untuk penggorengan keripik di Saree,” ungkapnya.

Asri menyebutkan, Bio Coke lebih efektif untuk digunakan dalam skala rumah tangga. Ukurannya juga dapat disesuaikan dengan kebutuhan pengguna. Mengubah bonggol jagung menjadikan pembakaran lebih efektif, ketimbang bonggol jagung yang tidak diolah. Bio Coke, kata Asri, juga lebih mudah dibuat oleh masyarakat. Tim juga melatih masyarakat untuk Bio Coke yang dapat digunakan pada kompor khusus yang didesain oleh tim. “Bentuk kompornya sederhana, mudah membuatnya.” Asri mengungkapkan, program pengabdian kepada masyarakat ini menghasilkan dapur Bio Coke dengan alat mencetak yang diperuntukkan bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) penghasil keripik dan masyarakat Saree lain. Inovasi kompor biomassa hasil dari penelitian ini juga ramah lingkungan dan hemat biaya.

“Kompor dan alat proses biomassa ini dapat memberikan kelestarian hutan, karena tidak ada pemotongan kayu dan tidak merusak lingkungan,” sebut Asri. Selain Asri, sejumlah akademisi yang terlibat dalam proyek ini adalah Profesor Muhammad Faisal, Edi Munawar. Mereka berasal dari Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala. Sementara Ir Erdiwansyah berasal dari Fakultas Teknik Universitas Serambi Mekkah.

(Sumber: https://www.ajnn.net/news/bio-coke-dari-bonggol-jagung-solusi-energi-terbaru-di-saree/index.html?page=all#google_vignette)